Kamis, Agustus 20, 2009

TARI PENDET PUNYA MALAYSIA?????


Baru aja 17 Agustusan Indonesia udah mesti perang lagi. Dan setelah REOG, BATIK, dan entah apalagi diklaim sekarang Malaysia mengklaim Tari PENDET!! Kurang ajar banget Secara ntu punya INDONESIA, BALI, tempat kelahiranku tercinta. Dari kecil aku sudah tahu Tari PENDET punya BALI, bahkan waktu SD, SMP, SMA, Tari PENDET itu tari wajib yang patut diketahui dan seenggaknya hafal gerakannya (inget banget karena harus remidi tari karena ga afal tarian nie). Jadi kalo dibilang masyarakat ga peduli ntu omong kosong. Di BALI kami masih sangat CARE dengan Tarian ini juga tarian lainnya!!!!!



Ok kita kutip berita sejenak dari republika sebelum ngomong lebih jauh

AKARTA--Malaysia kembali mengklaim budaya Indonesia -- tarian pendet, Bali -- menjadi budaya mereka yang dicantumkan dalam iklan visit year mereka. Sebelumnya, mereka telah mengklaim angklung, reog Ponorogo, batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya.

Budayawan, Radhar Panca Dahana, mengatakan pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia untuk kesekian kalinya merupakan kesalahan pemerintah Indonesia sendiri. "Ya tidak apa-apa lah, kita juga suka mengambil budaya lain untuk untuk promosi," katanya kepada Republika, Rabu (19/8).

Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.

Sedangkan negara lain, seperti Malaysia, kata Radhar, membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk diplomasi internasional. Potensi bisnisnya bagus. "Malaysia tahu mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli. Hanya peduli pada olahraga dan program lainnya," katanya.

Untuk itu, kata Radhar, kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, pemerintah harus perhatikan kebudayaan itu. "Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan, munculkan budaya kita dalam upacara-upacara, acara-acara, jangan lagu-lagu masa kini yang dinyanyikan oleh Presiden kita," tandasnya. she/kpo


Aku masih ga setuju kalo dibilang Tari PENDET ga diperdulikan. Karena kami di BALI yang hidup dari pariwisata, segala jenis tari menjadi nafas kami. kalo dilihat secara global mungkin itu benar.

Kalo soal bukti tari PENDET tu milik BALI sih ga perlu dikata, DUNIA juga tahu. Lihat wikipedia dulu yuck.

ini versi indonesia

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.


sekarang versi bahasa Inggris

Pendet is a traditional Balinese dance, in which offerings are made to purify the temple or theater as a prelude to ceremonies or other dances. Pendet is typically performed by young girls, carrying bowls of flower petals, handfuls of which are cast into the air at various times in the dance. Pendet can be thought of as a dance of greeting, to welcome the audience and invite spirits to enjoy a performance.

Traditional Balinese dances are the oldest form of performing arts in Bali. Traditional dances can be divided into two types, sacred dance called Wali and entertainment dance called Bebalihan. Wali (sacred dance) is usually performed in some ritual ceremonies only because it has strong magical powers and only can be performed by specific dancers. Bebalihan are usually performed in social events. In addition to entertain, Bebalihan also has other purposes such as: welcoming guests, celebration of harvests, or gathering crowds. Bebalihan has more variations than Wali.

Pendet is the presentation of an offering in the form of a ritual dance. Unlike the exhibition dances that demand arduous training, Pendet may be danced by anyone. It is taught simply by imitation.

Younger girls follow the movements of the elder women, who recognize their responsibility in setting a good example. Proficiency comes with age. As a religious dance, Pendet is usually performed during temple ceremonies.

All dancers carry in their right hand a small offering of incense, cakes, water vessels, or flower formations. With these they dance from shrine to shrine within the temple. Pendet may be performed intermittently throughout the day and late into the night during temple feasts.

The original Pendet dance is performed by 4-5 young girls (before their puberty) in temple yards. Pendet dancers bring flowers in small Bokor (silver bowls for keeping flowers in a ceremony). They spread the flowers around the temple. This dance is a symbol of welcoming God in some ritual ceremonies in Bali. Pendet actually has simple dance movements. These movements are the basic dance movements of Balinese dance. Pendet has undergone later development with variations and now is not only performed in ritual ceremonies but also in some social events. Pendet since has been known as a welcoming dance.


JADI MASIHKAH MEREKA MENGKLAIM ITU PUNYANYA???

3 komentar:

  1. Hhmm..mampir dulu ahhhhhhhhh :)
    Salam semangat Bocahbancar

    BalasHapus
  2. masalah malaysia kekurangan budaya yah, itukan bukan urusan kita? ngapain juga pake maling budaya orang lain?
    trus, bagian mana.a yang menghargai budaya Indonesia, wong mreka mengklaim budaya Indonesia tuh sbagai budaya mreka! XP

    BalasHapus
  3. Ntar cerpen-cerpen hasil karya ini pun bisa diklaim orang malaysia tuh.. waspadalah..waspadalah.

    BalasHapus